Surabaya

Kota Pahlawan

-

-

-

-

-

-

Jembatan SuraMadu

Suasana Jembatan SuraMadu Dimalam Hari

09 September 2013

Indeks MSCI Asia Pacific Dibuka Naik 0,3%

130315_msci.jpg
JAKARTA— Bursa Asia menguat untuk hari kesembilan seiring laporan produksi industri China dan penjualan ritel diprediksi rebound.
Indeks MSCI Asia Pacific naik 0,3% ke level 136,03 pada pukul 09.02 waktu Tokyo atau pukul 07.02 WIB, sebelum bursa Hong Kong dan China dibuka.
“Bursa seharusnya cukup positif dengan industri produksi China menguat. Indikator positif dari China dan Jepang benar-benar membawa Asia kembali ke track-nya dan menjadikan tempat baik untuk berinvestasi,” ujar Evan Lucas, Strategist IG Markets, seperti dikutip Bloomberg.
Indeks Jepang Topix naik 0,8%, indeks Korea Selatan Kospi naik 0,2%, indeks Selandia Baru NZX 50 naik 0,4% dan indeks Australia S&P/ASX 200 naik 0,1%.
Editor : Fatkhul Maskur

Harga Emas Comex Berfluktuasi ke Level US$44,62/gram (10/9)

130625_emas-4.jpg
JAKARTA— Harga emas di bursa komoditas New York acuan Comex Gold Bloomberg bergerak fluktuatif hingga pukul 06.00 WIB pagi ini.
Pada Senin (9/9/2013) pukul 17.15 waktu New York atau Selasa pagi (10/9/2013) pukul 04.15 WIB, harga emas untuk kontrak Desember 2013 naik tipis US$0,01/gram ke level US$44,58/gram.
Namun, penguatan tidak berlangsung lama karena pada pukul 05.13 WIB, harga turun US$0,01/gram ke level US$44,57/gram.
Sementara itu, pada pukul 05.57 WIB, harga emas kembali menguat US$0,04/gram ke level US$44,62/gram.
Jika dikonversikan ke rupiah dengan mengacu kurs tengah Bank Indonesia pada Senin (9/9/2013) sebesar Rp11.188 maka harga emas naik Rp447/gram ke Rp499.231/gram.

Pergerakan Harga Emas* Comex Selasa, 10 September 2013
Harga           Perubahan     WIB
US$44,58      +US$0,01     04.15
US$44,57      -US$0,01      05.13
US$44,62      +US$0,04     05.57
Sumber: Bloomberg.
Ket: *) Kontrak Desember 2013
Editor : Nurbaiti

Kritis Berkepanjangan, Melani Disarankan Jalani Suntik Mati

Melani di TSI Bogor (Foto: Arie Yoenianto/Koran Sindo)
Melani di TSI Bogor (Foto: Arie Yoenianto/Koran Sindo)
BOGOR - Kondisi Melani, harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) koleksi Kebun Binatang Surabaya (KBS), Jawa Timur, yang kini menjalani perawatan di Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua, Bogor, Jawa Barat, semakin kritis.

Suntik mati atau lazim dikenal dengan euthanasia disarankan untuk mengakhiri penderitaan hewan karnivora itu.

“Kolega di luar negeri menyarankan agar dilakukan euthanasia untuk Melani. Euthanasia akan membantu Melani mempercepat mengakhiri penderitaannya," kata Retno Sudarwati, Manager Satwa TSI Cisarua, Bogor.

Usulan euthanasia, lanjut Retno, didasarkan atas tipisnya harapan hidup Melani dari waktu ke waktu. Gangguan pada pencernaannya akibat pola makan yang salah selama berada di KBS membuat kondisinya sulit membaik.

Harimau berusia 15 tahun itu saat ini berada di Animal Hospital TSI Cisarua, Bogor. Saat dipindahkan dari KBS pada 25 Juni 2013, bobot tubuhnya hanya 45 kilogram. Padahal ukuran ideal si raja rimba seusianya adalah 75 kilogram.

"Organ pencernaannya sudah tidak berfungsi dengan baik. Jika diberi makanan daging, keluar juga masih berupa daging. Ini sudah dialami cukup lama sebelum dirujuk ke Animal Hospital TSI,” jelasnya.

Menurut dia, selama diopaname, Melani mendapat perawatan intensif dan pengawasan 24 jam menggunakan CCTV. Konsumsi bubur daging merah yang dicampur bubur formula menjadikan berat tubuhnya meningkat drastis hingga mencapai 53 kilogram. Namun karena riwayat disfungsi organ pencernaan, Melani menderita diare hingga bobotnya turun lagi menjadi 45 kilogram.

"Kami terus memberikan perawatan yang terbaik untuk Melani agar kualitas hidupnya meningkat. Selain pemberian makanan sehat, terapi dan pemeriksaan darah dilakukan untuk memperbaiki sistem pencernaannya. Meningkatnya kualitas hidup ini akan mengenyampingkan euthanasia yang sering disampaikan kolega di luar negeri," tandasnya.

Melani, subspesies harimau yang habitat aslinya di Pulau Sumatera, merupakan satu dari enam subspesies harimau yang masih bertahan hingga saat ini. Hewan kebanggaan Indonesia ini termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah (critically endangered) dalam daftar merah spesies terancam yang dirilis Lembaga Konservasi Dunia IUCN.

Ketua Forum Harimau Kita, Dolly Priatna, menyebut, berdasarkan penelitian Global Tiger Initiative 2010 ada 325 ekor harimau liar yang masih ada di alam. Penelitian yang melibatkan ahli statistik itu dianggap cukup akurat untuk mengetahui populasi satwa langka tersebut.

Selain hidup dialam bebas, Harimau Sumatera yang berada dalam penangkaran berjumlah 140 ekor. Hasil pendataan Ligaya Tumbelaka, Studbook Keeper Harimau Sumatera Regional Indonesia, 140 ekor harimau Sumatera itu terdapat di 19 dari 46 kebun binatang di Indonesia

Jejak Raja Hayam Wuruk di Candi Sumber Awan

SUNGAI selebar dua meter dengan menarik perhatian siapapun yang berjalan di tepinya, di sebuah jalan tanah setapak yang hanya bisa dilalui dua orang.

Dasar sungai dari bebatuan dan ikan-ikan kecil tampak lalu lalang menandakan jika air yang mengalir cukup jernih. Sebuah plang bertuliskan Candi Sumber Awan  menunjuk ke arah barat. Beberapa pemuda tampak asik berjalan di tepi sungai yang di sebelah kiri tampak hamparan tanaman padi yang baru ditanam.

Beberapa warga sekitar juga sedang asik berendam di sungai, tak ketinggalan anak-anak kecil juga tengah asik mandi di sungai yang airnya berasal dari sumber mata air di sebelah lokasi Candi Sumber Awan. Sepanjang tahun tak pernah berhenti aliran sumber air yang berasal dari kaki Gunung Arjuna ini.

Di depan sumber, juga ada sebuah bangunan mirip kolam. Beberapa pipa dari besi juga terpasang dari beberapa titik yang disalurkan ke beberapa instansi pemerintah yang berkantor di Kecamatan Singosari.

Setelah berjalan sekira 500 meter, sedikit berbelok ke kanan di tepi hutan pinus tampak sebuah bangunan yang terbuat dari batu andesit, khas bangunan candi. Namun, tidak seperti candi pada umumnya, bangunan Candi Sumber Awan berbentuk stupa dan merupakan satu-satunya candi yang berbentuk stupa di Jawa Timur.

Tak heran jika di depan pagar lokasi candi ada dua plakat nama Candi Sumber Awan dan Stupa Sumber Awan. Lokasi candi ini berada di pinggir hutan pinus yang berada di lereng Gunung Arjuna. Berada di antara kolam yang berasal dari sumber di samping candi. Stupa ini tingginya sekira 2,23 meter dan terletak di Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Menurut penuturan juru pelihara candi, Suryadi (52), keberadaan Candi Sumberawan tidak lepas dari kerajaan Majapahit, khususnya di era kepemimpinan Hayam Wuruk. Suryadi menjelaskan, berdasarkan kitab Negarakertagama, Candi Sumberawan diperkirakan dibangun pada abad 14 sampai 15 Masehi, atau pada masa periode Majapahit.

”Iini bisa dilihat dari bentuk batur atau stupa yang ada. Bahkan dari latar belakangnya, bisa dipastikan kalau candi ini dibangun pada kejayaan agama Budha di Indonesia,” kata Suryadi.

Dikisahkan, lokasi Candi Sumberawan pernah dikunjungi Raja Hayam Wuruk di tahun 1359 Masehi ketika melakukan perjalanan keliling wilayahnya. Saat itu, kawasan tersebut masih hutan belantara. Hayam Wuruk menemukan beberapa sumber mata air yang memiliki aura tinggi. Karena itu, ia membangun Candi Sumber Awan dan waktu itu dikenal sebagai Kasurangganan atau padepokan. Istilah Kasurangganan sendiri cukup terkenal di Kitab Negarakertagama.

Candi ini ditemukan pertama kali tahun 1904. Saat ditemukan, stupa candi sudah tidak ada. Selanjutnya, pada tahun 1935, dilakukan penelitian oleh Dinas Purbakala Hindia Belanda yang kemudian dilanjutkan pemugaran pada bagian kaki candi pada tahun 1937. Pemugaran tidak bisa dilakukan dengan sempurna, karena itulah ada beberapa bagian yang direkontruksi secara darurat.

Candi Sumberawan merupakan satu-satunya candi yang berbentuk stupa di Jawa Timur. Pada batur candi yang tinggi terdapat selasar dan kaki candi memiliki penampit pada keempat sisinya. Di atas kaki candi berdiri stupa yang terdiri atas lapik bujur sangkar dan lapik berbentuk segi delapan dengan bantalan Padma. Bagian atas berbentuk genta (stupa) yang puncaknya telah hilang.

Saat renovasi, karena kesulitan dalam perencanaan kembali bagian atas candi, maka bagian tersebut tidak dipasang kembali. Diperkirakan pada puncaknya tidak dipasang payung atau chattra, karena sisa-sisanya tidak ditemukan sama sekali.

Di sekitar lokasi candi juga ada bangunan yang digunakan untuk para pelaku spiritual yang ingin bermalam. Ada dua bilik kamar yang di depannya memancar air yang tak pernah berhenti. Di sebelah barat candi juga ada lokasi sumber mata air yang digunakan sebagai tempat bersuci. Lokasi-lokasi ini juga tak pernah sepid ari beberapa sesajen maupun aroma dupa serta kembang sekar.