Di Kota Padang,
Sumatera Barat kakek 80 tahun, Syamsir Rajo Lelo punya
kepandaian menangkap harimau tanpa senjata. Untuk menaklukkan harimau
dengan tangan kosong, tidaklah mudah. Dia pun mengungkap cara dan
bagaimana memperoleh keahlian unik itu kepada
VIVAnews.
Rajo
Lelo mulai menangkap harimau sejak tahun 1952. Pada tahun itu, bersama
mamaknya (paman) berhasil menangkap 2 ekor. Peristiwa itu berlangsung di
Batu Busuak, kampung di kaki bukit barisan Kecamatan Pauh, Kota Padang.
Bapak
16 anak ini, mengatakan, tidak sembarang harimau yang ditangkap. "Hanya
harimau yang menganggu ketenangan warga saja. Seperti masuk kampung dan
makan ternak," ujar Rajo Lelo kepada
VIVAnews di rumahnya di Kelurahan Ulu Gadut, Padang, Rabu 24 April 2013.
Aksi
heroik Rajo Lelo menangkap harimau berakhir tahun 1995. Antara tahun
1952 sampai 1995, ia sudah menangkap 30 ekor harimau dengan ukuran
mencapai 160 centimeter. Seperti pemberitaan sebelumnya, dia hanya
mengaku 27 ekor, tapi dalam kesempatan ini, dia mengungkap, ada 3 ekor
lagi yang ia lupa. "Sampai sekarang, saya sudah tangkap 30 ekor.
Terakhir tahun 1995," tegasnya.
Rajo Lelo akan memulai aksinya
ketika ada masyarakat yang melaporkan. Dari laporan itu, dia terjun ke
lapangan dan membuat panjaro (kadang) kayu. kayu untuk kandang juga kayu
pilihan. "Untuk kandang, harus memakai kayu Meransih dan kayu kambang,"
katanya.
Setelah kandang itu dibangun, diisi dengan kambing.
Kandang dan kambing dilimauan (ruwat) diiringi doa. "Kambing dimaksudkan
sebagai umpan, tapi takkan ada artinya kalau tidak dilimauan," cerita
Rajo Lelo.
Kalau ia masuk ke kandang, maka harimau akan jinak
kepada Rajo Lelo. Jika harimau tidak masuk, harimau akan tetap mati.
Karena, berkat doa yang dibacakan ketika dilimauan, harimau akan hilang
selera makan dan akhirnya mati karena tidak makan.
Dari 30 ekor
yang berhasil ditangkap, ada 4 ekor yang mati. Harimau yang mati
dikuburkan dan yang hidup diserahkan ke kebun binatang Bukittinggi dan
taman safari lainnya.
Keberhasilannya tersebut, diapresiasi oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumbar dengan piagam penghargaan.
Belajar 17 Tahun
Keahlian
Rajo Lelo menangkap harimau, tidak sembarangan orang yang bisa. Butuh
kesungguhan dan mengaji tarekat selama 17 tahun. Rajo Lelo mengikuti
pengajian tarekat sejak berumur delapan tahun.
Dia menjelaskan,
untuk bisa menangkap harimau Rajo Lelo mangaji di Ulakan, Pariaman tujuh
tahun, mengaji khusus tangkap harimau tujuh tahun dan mengaji mengambil
keputusan tiga tahun. Setelah itu, baru bisa dipraktekkan.
Mengambil
keputusan dilakukan oleh guru ngaji. "Dari 37 orang rombongan saya
mangaji waktu itu, hanya dua orang yang lulus ketika pengambilan
keputusan. Saya salah satunya," tambah Rajo Lelo.
Rombongan
pengajiannya, berasal dari Riau, Medan, Aceh dan daerah lainnya di luar
Sumbar. Sebelum ditetapkan siapa yang lolos dalam pengajian tersebut,
semua peserta diberi pisau.
Lalu, pisau itu diasah dan disimpan.
Saat pengambilan keputusan tersebut, pisau tadi dilihat oleh guru. Bagi
pisau yang masih bagus, maka mereka lulus. "Maknanya, kalau kita punya
pisau tajam jangan langsung di pakai menyayat selagi masih ada cara
lain," kenangnya.
Sekarang, Rajo Lelo mengabdikan dirinya untuk
masyarakat. Setiap hari, rumahnya ramai dikunjungi warga untuk berobat.
Melalui doa-doanya sesuai ajaran Islam, ia mengharapkan kesembuhan bagi
pasiennya.
Di samping itu, kakek berkupiah ini berladang di hutan
belakang rumahnya. Di ladang tersebut, di pondoknya, ada kandang
harimau. Di kandang itu ada tiga ekor si raja hutan. Dua anak dan satu
induknya.
Tiga ekor harimau Sumatera tersebut sudah seperti
peliharaannya. Kadang, Rajo Lelo memberi makan. Makannya 9 telur ayam.
"Namun, ia lebih sering cari makan sendiri ke hutan," kata Rajo Lelo.
(eh)