23 Juni 2013

BBM Naik, Gaji Buruh Tergantung Perusahaan

Sejumlah buruh saat melakukan aksi unjuk rasa menolak kenaikan harga BBM
Kenaikan harga BBM bersubsidi oleh pemerintah ditanggapi sinis oleh para pengusaha. Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Anton Supit, menduga kebijakan itu sangat sarat dengan kepentingan Pemilu 2014.

"Saya simpati pada Margareth Thatcher yang berani mengambil keputusan walau tidak populis. Sikap ini tidak ada di republik ini. Semua takut pada Pemilu," ujarnya di Jakarta, Sabtu, 22 Juni 2013.

Tak hanya itu, Anton menilai keragu-raguan pemerintah menaikkan harga BBM karena masalah leadership. Seharusnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak perlu menurunkan harga BBM ketika harga minyak dunia sedang turun, sehingga pemerintah bisa menyimpan kelebihan dana itu untuk APBN.

"Ini masalah leadership karena selalu berhadapan dengan politik. Jadi jangan tarik ulur lalu bermasalah soal koalisi. Di pelosok itu harga BBM sudah mencapai 7-8 ribu per liter," ungkap dia.

Menurutnya, BLSM yang diberikan pemerintah tidak akan efektif dan hanya berlaku untuk jangka pendek. "Seharusnya subsidi digunakan untuk perbaikan transportasi," tegasnya.

Demo
Menurut Anton, kenaikan harga BBM akan berpengaruh dengan ongkos distribusi dari perusahaan. Sementara itu kebijakan kenaikan gaji pegawai, Anton mengatakan itu kewenangan perusahaan.

"Itu hak masing-masing perusahaan karena kita nggak bisa ngomong dalam satu standar," ujarnya.

Ia pun mempersilakan para buruh melakukan demo besar-besaran yang rencananya akan dilakukan 16 Agustus 2013 mendatang.

"Itu hak dia, tetapi kalau merusak dan memaksa untuk melakukan aksi itu adalah masalah hukum, tentu harus ditindak," ucapnya. (eh)

© VIVA.co.id

0 comments:

Posting Komentar