Kenaikan
harga BBM bersubsidi oleh pemerintah ditanggapi sinis oleh para
pengusaha. Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Anton Supit,
menduga kebijakan itu sangat sarat dengan kepentingan Pemilu 2014.
"Saya
simpati pada Margareth Thatcher yang berani mengambil keputusan walau
tidak populis. Sikap ini tidak ada di republik ini. Semua takut pada
Pemilu," ujarnya di Jakarta, Sabtu, 22 Juni 2013.
Tak hanya itu, Anton menilai keragu-raguan pemerintah menaikkan harga BBM karena masalah leadership.
Seharusnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak perlu menurunkan
harga BBM ketika harga minyak dunia sedang turun, sehingga pemerintah
bisa menyimpan kelebihan dana itu untuk APBN.
"Ini masalah leadership
karena selalu berhadapan dengan politik. Jadi jangan tarik ulur lalu
bermasalah soal koalisi. Di pelosok itu harga BBM sudah mencapai 7-8
ribu per liter," ungkap dia.
Menurutnya, BLSM yang diberikan
pemerintah tidak akan efektif dan hanya berlaku untuk jangka pendek.
"Seharusnya subsidi digunakan untuk perbaikan transportasi," tegasnya.
Demo
Menurut
Anton, kenaikan harga BBM akan berpengaruh dengan ongkos distribusi
dari perusahaan. Sementara itu kebijakan kenaikan gaji pegawai, Anton
mengatakan itu kewenangan perusahaan.
"Itu hak masing-masing perusahaan karena kita nggak bisa ngomong dalam satu standar," ujarnya.
Ia pun mempersilakan para buruh melakukan demo besar-besaran yang rencananya akan dilakukan 16 Agustus 2013 mendatang.
"Itu
hak dia, tetapi kalau merusak dan memaksa untuk melakukan aksi itu
adalah masalah hukum, tentu harus ditindak," ucapnya. (eh)
© VIVA.co.id
23 Juni 2013
BBM Naik, Gaji Buruh Tergantung Perusahaan
8:57:00 PM
No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar