23 Juni 2013

China Ketatkan Likuiditas, Bursa Asia Fluktuatif

Seorang pria mengambil gambar papan indeks saham di Tokyo
Berbagai bursa Asia bergerak campuran dalam pembukaan perdagangan Senin, 24 Juni 2013. Investor khawatir dengan kebijakan pelonggaran stimulus bank Sentral Amerika Serikat dan pengetatan likuiditas China.

Gubernur The Federal Reseves, Ben Bernanke, menyatakan bank sentral AS akan meningkatkan skala pembelian obligasi untuk mengendalikan perekonomian AS. Sementara Bank Sentral China menyatakan akan mempertahankan suplai uang di domestik.

"Situasi di China saat ini mirip dengan krisis keuangan pra-global AS, leverage yang mudah membuat ekonomi China akan runtuh," kata Market Strategist IG, Evan Lucas seperti dikutip dari CNBC.

Indeks Nikkei Jepang melonjak satu persen berkat pelemahan Yen, di posisi 13.279,5 sementara ASX200 Australia jatuh ke dalam posisi terrendah di level 4.675,2 dan ekuitas Korea Selatan sedikit tergelincir ke 1.809,95.

Melemahnya Yen ke level terendah dalam dua minggu terakhir, 98,4 yen per dolar AS, memicu reli saham eksportir seperti Mazda Motor dan Mitsubishi Motor yang naik 1,5 persen masing-masing.

Sementara, sektor keuangan juga melonjak seperti Sumitomo Mitsui Financial melonjak 1,6 persen dan Mizuho Financial 1 persen. Mitsubishi UFJ naik 1 persen setelah laporan bank terbesar di Jepang tersebut akan membeli 51 persen saham bank Thailand, Bank of Ayudhya.

Sementara, dari Australia dilaporkan indeks Sydney memperpanjang kerugian sepanjang 1,1 persen selama seminggu. Perusahaan pertambangan memimpin kerontokan bursa saham Australia.  Medusa Mining merosot 8 persen, sementara Perseus Mining anjlok 7 persen akibat anjloknya harga metal.

Sedangkan indeks Kospi Korea Selatan merosot didorong oleh saham blue chip kecuali Samsung Electronics yang reli 1 persen. Konsultan real estate, Jones Lang Lasalle, melaporkan investor Korsel habiskan US$5 miliar untuk membeli properti komersial luar negeri dalam lima bulan pertama 2013.

"Ketegangan politik dengan Korea Selatan memicu lonjakan pelarian modal," tulis laporan Jones Lang Lasalle.

0 comments:

Posting Komentar