Zulobbia Kassam baru saja
selesai menyeruput kopinya saat lampu tiba-tiba padam di mal Westgate,
Nairobi, Kenya. Pikirnya, lampu akan menyala sebentar lagi. Namun dia
malah mendengar suara tembakan dan orang-orang berlarian menyelamatkan
diri. Horor dimulai.
"Kami langsung bersembunyi. Kami mendengar
tembakan di mana-mana, di bawah tangga dan di atas. Bahkan kami
mendengar tembakan di dekat kami. Semua orang ketakutan, menangis dan
berdoa," kata Kassam.
Kelompok teroris bersenjata yang mengklaim
sebagai al-Shabaab asal Somalia menyerbu mal tersebut. Mereka menembaki
para pengunjung. Sedikitnya 59 orang tewas, lebih dari 150 lainnya
terluka. Di antara yang terbunuh adalah warga negara asing. Korban
terluka berusia antara dua hingga 78 tahun.
Di antara mereka
adalah dua orang Kanada, salah satunya diplomat, dua orang warga
Prancis, seorang warga China, dan wanita istri staf di Kedutaan Besar
Amerika Serikat di Nairobi.
Sebelum membunuh, mereka
menyortir para korban. Jika Muslim, maka akan mereka biarkan bebas. Jika
bukan, ditembus peluru. Mayat-mayat bergelimpangan mulai dari tempat
parkir mal, pintu masuk hingga ke dalam pusat perbelanjaan.
Darah-darah
segar menggenang di bawah mayat-mayat yang diterjang timah panas.
Pengunjung bersembunyi berdesakan di dalam sebuah toilet, beberapa di
kolong meja, menahan nafas, khawatir ditembak. Ketidaktahuan mereka akan
rupa penembak dan jumlah mereka jadi ketakutan tersendiri.
"Kami sangat ketakutan.
Setiap suara sangat menakutkan. Mereka punya granat. Suaranya sangat,
sangat keras," kata Uche Kaigwa-Okoye, yang bersembunyi bersama sekitar
20 orang lainnya di dalam toilet.
Saksi mata melihat lima
orang pelaku, salah satunya wanita. Belum dipastikan jumlah teroris
sebenarnya. Sumber lain mengatakan antara 10-15 orang. Mereka
bersenjatakan senapan AK-47 dan granat. Di tubuh mereka dikalungkan
amunisi. Namun jumlah ini belum bisa dikonfirmasikan oleh aparat
keamanan.
Setelah 24 jam berlalu, polisi dan tentara masih
berjuang menyelamatkan para sandera yang diduga masih disekap. Dua orang
teroris diduga tewas ditembak. Tentara memfokuskan operasi mereka pada
Supermarket Nakumatt, tempat para gerombolan ini diduga bercokol.
Presiden
Kenya Uhuru Kenyatta yang kehilangan kerabatnya dalam penyerangan ini
mengatakan akan memburu para teroris di dalamnya. Dia menegaskan bahwa
kelompok itu adalah segerombolan pengecut.
"Kami akan memburu
para penjahat kemana pun mereka lagi. Kami akan tangkap mereka, dan
hukum karena kejahatan keji yang mereka lakukan," kata Kenyatta,
presiden Kenya yang baru diangkat Maret lalu.
Pertempuran antara
pasukan pemerintah dan teroris akan sengit. Pasalnya, Al-Shabaab telah
menyatakan tidak akan bernegosiasi. Bisa dibilang, ini adalah operasi
berani mati. Hal ini disampaikan di akun Twitter mereka @HSM_Press.
"10
jam telah berlalu dan Mujahidin masih sangat kuat di dalam Mal
#Westgate dan masih bertahan. Segala puji hanya bagi Allah!" tulis
mereka. Belakangan akun dihapus oleh Twitter.
Insiden ini adalah
serangan tunggal terbesar di Kenya sejak sel dari al-Qaeda Afrika Timur
mengebom Kedubes Amerika di Nairobi tahun 1998 lalu, menewaskan lebih
dari 200 orang. Serangan terakhir al-Shabaab di luar Somalia adalah
tahun 2010, di Uganda. Saat itu, mereka menyerang di kerumunan orang
yang tengah menonton final Piala Dunia di Kampala, menewaskan 96 orang.
Serangan
kali ini adalah realisasi dari ancaman Al-Shabaab tahun 2011 lalu. Kala
itu, mereka mengancam akan menyerbu Nairobi karena Kenya telah
mengirimkan pasukannya ke Somalia. Sebanyak 4.000 pasukan kenya saat ini
telah berada di selatan Somalia untuk memberantas kelompok teroris.
"Serangan di Mal Westgate
hanya sebagian kecil dari apa yang dialami Muslim Somalia berada di
bawah penjajah Kenya. Sejak lama kami berperang melawan Kenya di tanah
kami, sekarang saatnya mengubah medan perang dan berperang di tanah
mereka #Westgate," tulis Al-Shabaab.
Taktik Mumbai
Ahli Keamanan Nasional dari
CNN,
Peter Bergen, mengatakan bahwa Al-Shabaab kali ini memakai taktik yang
diambil kelompok Lashkar-e-Taiba, jaringan teror Pakistan, saat menyerbu
hotel di Mumbai, India, November 2008. Serangan ini menewaskan 166
orang.
Di kedua peristiwa ini, Nairobi dan Mumbai, teroris
memilih target yang merupakan tempat berkumpulnya warga asing. Mal
Westgate di Nairobi diketahui adalah wilayah borjuis dan kerap jadi
tempat kongkow orang-orang kaya Kenya. Dalam dua peristiwa ini, teroris
sama-sama enggan negosiasi, mereka memilih mati.
Dalam kedua aksi
ini, kelompok teroris menembak sembarang warga sipil. Tindakan
al-Shabaab yang serampangan ini dulu sempat ditegur oleh petinggi
al-Qaeda, osama bin Laden sebelum dia tewas dibunuh.
Dalam
sebuah surat yang diperoleh di persembunyiannya di Abbottabad, Pakistan,
bin Laden menegur al-Shabaab yang terlalu banyak menewaskan warga sipil
dalam pertempuran di pasar Bakara, di ibukota Somalia, Mogadishu.
Kendati
berselisih dalam masalah ini, namun Al-Shabaab dan al-Qaeda setali tiga
uang dalam upaya merekrut tentara mereka di luar negeri. Menurut
laporan Dewan Komite Keamanan Dalam Negeri AS, sekitar 40 warga Amerika
termakan propaganda mereka dan bergabung dengan al-Shabaab dalam
beberapa tahun terakhir. Sebanyak 24 dari mereka berasal dari komunitas
Somalia di Minnesota.
Salah satunya yang terkenal adalah Shirwa
Ahmed, lulusan SMA di Minneapolis pada 2003, yang bekerja di bandara
Minneapolis. Tahun 2007 dia diradikalisasi di Somalia, lalu setahun
kemudian, dia meledakkan diri dengan sebuah truk di Puntland, utara
negara itu. Insiden ini menewaskan 20 orang, termasuk pasukan perdamaian
PBB dan relawan kemanusiaan.
Mengenal al-Shabaab
Al-Shabaab
yang berarti "pemuda" dalam bahasa Arab adalah kelompok militan yang
terbentuk setelah Serikat Pengadilan Islam Somalia dikalahkan oleh
pemerintahan Somalia yang dibantu tentara Ethiopia pada tahun 2006.
Tahun 2009, pasukan Ethiopia kalah telak dan tersingkir, al-Shabaab
menguasai mayoritas wilayah di Somalia, menerapkan syariah Islam yang
ketat.
Kendati menguasai sebagian besar wilayah, namun kekuasaan
al-Shabaab tidak diakui komunitas internasional. Satu-satunya negara
yang mengakui adalah Eritrea, sekutu yang kerap membantu mereka. Tahun
2011, diperkirakan mereka memiliki 14.426 tentara, belum ditambah
sel-sel mereka di luar negeri.
Tahun 2012, kelompok pimpinan
Ahmad Abdi Godane alias Mokhtar Abu Zubayr, ini menyatakan bergabung
dengan al-Qaeda yang saat itu diketuai oleh Ayman al-Zawahiri.
Diperkirakan sejak kematian Osama bin Laden, Somalia jadi lahan
persembunyian militan al-Qaeda.
Pemerintah Kenya dan Ethiopia di
bawah bendera Uni Afrika mengirimkan ribuan tentara mereka ke Somalia
untuk memberantas al-Shabaab. Kenya turun ke negara ini untuk
menciptakan wilayah aman di perbatasan selatan Somalia menyusul serangan
di wilayah
pariwisata utara Kenya yang diduga dilakukan militan al-Shabaab.
Sejak
pasukan Kenya membantu perjuangan pemerintah Somalia, pasukan
al-Shabaab tersingkir dari ibukota Mogadishu pada Agustus 2011 dan
Kismayo pada September 2012. Wilayah ini vital bagi mereka sebab
merupakan sumber pendapatan pajak dan logistik.
Al-Shabaab kerap
membalas dendam dengan melakukan penyerangan di negara lain. Serangan
kepada para fans sepakbola tahun 2010 di Uganda dilakukan karena negara
itu, bersama dengan Burundi, karena telah menurunkan pasukannya ke
Somalia sebelum Kenya ikut campur. (sj)