Pada empat tahun yang
lalu, pemimpin Libya saat itu, Muammar Khadafi, berpidato selama sekitar
satu setengah jam di Sidang Tahunan Majelis Umum Peserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, AS. Itu merupakan pidato pertama
sekaligus yang terakhir bagi Khadafi di PBB.
Dua tahun kemudian,
Agustus 2011, kekuasaan Khadafi terjungkal oleh pasukan pemberontak,
yang didukung NATO. Dia akhirnya mati secara mengenaskan setelah
ditangkap pasukan pemberontak saat berupaya kabur.
Menurut The Washington Post,
saat berpidato di sidang PBB, Khadafi tampil menggebu-gebu. Sebenarnya,
Khadafi hanya diberi jatah waktu berpidato selama 15 menit, namun dia
langgar. Dia terus berbicara lantang hingga lebih dari satu setengah
jam.
Selama berpidato, Khadafi mencela Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB), yang dianggap gagal menjaga perdamaian dunia. Khadafi menganggap PBB gagal mencegah berkobarnya rangkaian peperangan. Dia mencatat sedikitnya 65 perang besar terjadi sejak berakhirnya Perang Dunia Kedua 1945 atau sejak PBB dibentuk.
Khadafi pun menuduh negara-negara kuat dunia meremehkan dan memperlakukan negara lain sebagai negara kelas dua. Pidato Khadafi fokus pada ketidakberimbangan DK PBB karena lima anggota tetapnya, AS, Rusia, China, Inggris, dan Prancis memiliki hak veto.
"Seharusnya itu disebut 'dewan teror'," kata Khadafi. Dia meminta agar hak veto dihapus dan keanggotaan diperluas dengan menyertakan suara lebih besar dari negara-negara Afrika, Amerika Latin, serta negara-negara Muslim dan Arab.
Para pimpinan delegasi sebenarnya hanya diperbolehkan berbicara sekitar 15 menit. Kode berupa lampu merah akan menyala bila tiba saatnya mereka berhenti berpidato. Namun, aturan itu dilanggar sejumlah pemimpin delegasi, termasuk Presiden Amerika Serikat, Barack Obama.
Saat berpidato, Obama tidak mempedulikan lampu itu dan berbicara selama 38 menit. Namun pelanggaran yang dilakukan Khadafi lebih parah.
Pemimpin Libya berusia 67 tahun itu berpidato selama 1 jam 36 menit. Ini membuat jadwal pidato delegasi sesudahnya berantakan dan mengganggu jadwal makan siang yang disediakan Sekjen PBB Ban Ki-moon untuk menyambut kehadiran lebih dari 100 pemimpin negara dan pemerintahan. (eh)
Selama berpidato, Khadafi mencela Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB), yang dianggap gagal menjaga perdamaian dunia. Khadafi menganggap PBB gagal mencegah berkobarnya rangkaian peperangan. Dia mencatat sedikitnya 65 perang besar terjadi sejak berakhirnya Perang Dunia Kedua 1945 atau sejak PBB dibentuk.
Khadafi pun menuduh negara-negara kuat dunia meremehkan dan memperlakukan negara lain sebagai negara kelas dua. Pidato Khadafi fokus pada ketidakberimbangan DK PBB karena lima anggota tetapnya, AS, Rusia, China, Inggris, dan Prancis memiliki hak veto.
"Seharusnya itu disebut 'dewan teror'," kata Khadafi. Dia meminta agar hak veto dihapus dan keanggotaan diperluas dengan menyertakan suara lebih besar dari negara-negara Afrika, Amerika Latin, serta negara-negara Muslim dan Arab.
Para pimpinan delegasi sebenarnya hanya diperbolehkan berbicara sekitar 15 menit. Kode berupa lampu merah akan menyala bila tiba saatnya mereka berhenti berpidato. Namun, aturan itu dilanggar sejumlah pemimpin delegasi, termasuk Presiden Amerika Serikat, Barack Obama.
Saat berpidato, Obama tidak mempedulikan lampu itu dan berbicara selama 38 menit. Namun pelanggaran yang dilakukan Khadafi lebih parah.
Pemimpin Libya berusia 67 tahun itu berpidato selama 1 jam 36 menit. Ini membuat jadwal pidato delegasi sesudahnya berantakan dan mengganggu jadwal makan siang yang disediakan Sekjen PBB Ban Ki-moon untuk menyambut kehadiran lebih dari 100 pemimpin negara dan pemerintahan. (eh)
0 comments:
Posting Komentar