29 Mei 2013

Ditemukan Gunung Api di Dasar Porong

Meski sudah tujuh tahun semburan lumpur keluar di kawasan Porong Sidoarjo, namun hingga kini penyebab pasti terkait mud volcano atau gunung lumpur ini masih menjadi perdebatan para ahli geologi.

Moch Sofyan Hadi, Deputi Bidang Operasional Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) mengatakan, dari kacamata geologi terdapat beberapa kemungkinan penyebab lumpur bisa keluar.

Teori ini, didasari dari adanya Selat Madura Purba yang membentang dari Sidoarjo hingga kawasan Jawa Tengah. "Dulu Pulau Jawa itu ya hanya gunung-gunung yang ada di Selatan memanjang dari timur ke barat," kata Sofyan Hadi ketika berbincang dengan suarasurabaya.net.

Sejak gunung-gunung seperti Bromo, Kawi, Welirang, Semeru, Kelud dan semua gunung meletus pada zaman purba itulah, maka terjadilah proses sedimentasi di kawasan utara gunung dan terbentuklah Sidoarjo, Surabaya, Mojokerto, Gresik, Lamongan dan seterusnya.

Karena terbentuk dari letusan Gunung Api, maka dasar tanah di daerah Sidoarjo tersusun dari lapisan lumpur lunak.

Padahal di satu sisi terjadi benturan dua lempeng Australia dan Asia yang membentang di sepanjang samudera Hindia wilayah Jawa.



Akibat benturan dua lempeng yang terjadi terus menerus ini, lapisan sedimen lumpur yang ada di bawah tanah lantas tertekuk-tekuk menyerupai gelombang.

Di beberapa titik gelombang, lumpur inipun lantas menyembur. Semburan setidaknya bisa dilihat seperti munculnya semburan lumpur di kawasan Gunung Anyar, Surabaya; Gunung Pandak di Probolinggo, serta Bledug Kuwu di Grobongan Jawa Tengah.

Bedanya, kalau di Gunung Anyar, Pandak dan Bledug Kuwu, lumpur dan air yang keluar relatif dingin, namun di Sidoarjo lumpur keluar dengan suhu 100 derajat celcius.

"Penyebabnya, saya menduga ada aktivitas magma chamber di bawahnya," kata Sofyan. Artinya, di bawah lumpur Lapindo, diduga ada potensi Gunung Api aktif.

Meski begitu, Sofyan Hadi berharap masyarakat tidak panik terlebih dahulu terkait potensi Gunung Api aktif ini. "Pripsinya manusia memang harus bersahabat dengan alam," kata dia.

Sofyan lantas mencontohkan bagaimana kearifan warga sekitar Merapi yang menolak berpindah dari pemukiman mereka. "Paling Merapi itu menyulitkan mereka satu atau dua bulan, tapi Merapi memberikan kesuburan bertahun-tahun pada mereka," ujarnya.

Selain itu, Gunung Api di bawah Lapindo ini juga bisa jadi akan mati dengan sendirinya. Sayang Sofyan belum bisa mengukur angka pasti kekuatan daya dorong dari Gunung Api di bawah lumpur ini. "Kalau kita ambil contoh seperti di Azerbaijan itu munculnya mud volcano mulai Nabi Musa hingga kini masih ada," ujarnya.

Masih menurut Sofyan, pada dua tahun terakhir ini, gunung lumpur di Porong ini bahkan mulai mengeluarkan material yang berasal dari kedalaman sekitar tujuh kilometer atau kedalaman di mana terdapat magma chamber.

Sofyan juga menduga jika sumber dapur magma antara lumpur di Porong dan di Gunung Arjuno serta Welirang adalah dari dapur magma yang sama.

Selain teori ini, ada juga sebuah teori bernama Mud Diaphirism atau teori gelembung. Teori ini mendasari adanya daya berat permukaan tanah yang lantas menekan lapisan lumpur lentur di dalam tanah. Akibat tekanan yang berbeda di setiap titik atas tanah, menjadikan lapisan lumpur yang ada di dalam tanah menggelembung.

"Jadi Gempa Jogja itu bukan penyebab utama (terjadinya mud volcano di Sodjaro), tapi penyebab terakhir karena adanya serangkaian kegiatan alam yang terjadi sebelumnya," kata dia.

Sofyan juga mengatakan perhitungan yang pernah dia katakan jika lumpur akan berhenti setelah 32 tahun hanyalah asumsi awal. "Hitungan itu ada syaratnya ? Jika kekuatan semburan sekian, material di dalamnya ada sekian. Dulu hanya asumsi saja karena hitungan pastinya memang belum ada," ujarnya. (fik/ipg)

Keterangan gambar :
- Ilustrasi fenomena gunung lumpur di Porong.
Sumber : BP BPLS

Editor: Iping Supingah

0 comments:

Posting Komentar