Meski sudah tujuh tahun semburan lumpur keluar di kawasan Porong Sidoarjo, namun hingga kini penyebab pasti terkait mud volcano atau gunung lumpur ini masih menjadi perdebatan para ahli geologi.
Moch Sofyan Hadi, Deputi Bidang Operasional Badan Penanggulangan Lumpur
Sidoarjo (BPLS) mengatakan, dari kacamata geologi terdapat beberapa
kemungkinan penyebab lumpur bisa keluar.
Teori ini, didasari dari adanya Selat Madura Purba yang membentang dari
Sidoarjo hingga kawasan Jawa Tengah. "Dulu Pulau Jawa itu ya hanya
gunung-gunung yang ada di Selatan memanjang dari timur ke barat," kata
Sofyan Hadi ketika berbincang dengan suarasurabaya.net.
Sejak gunung-gunung seperti Bromo, Kawi, Welirang, Semeru, Kelud dan
semua gunung meletus pada zaman purba itulah, maka terjadilah proses
sedimentasi di kawasan utara gunung dan terbentuklah Sidoarjo, Surabaya,
Mojokerto, Gresik, Lamongan dan seterusnya.
Karena terbentuk dari letusan Gunung Api, maka dasar tanah di daerah Sidoarjo tersusun dari lapisan lumpur lunak.
Padahal di satu sisi terjadi benturan dua lempeng Australia dan Asia yang membentang di sepanjang samudera Hindia wilayah Jawa.
Akibat benturan dua lempeng yang terjadi terus menerus ini, lapisan
sedimen lumpur yang ada di bawah tanah lantas tertekuk-tekuk menyerupai
gelombang.
Di beberapa titik gelombang, lumpur inipun lantas menyembur. Semburan
setidaknya bisa dilihat seperti munculnya semburan lumpur di kawasan
Gunung Anyar, Surabaya; Gunung Pandak di Probolinggo, serta Bledug Kuwu
di Grobongan Jawa Tengah.
Bedanya, kalau di Gunung Anyar, Pandak dan Bledug Kuwu, lumpur dan air
yang keluar relatif dingin, namun di Sidoarjo lumpur keluar dengan suhu
100 derajat celcius.
"Penyebabnya, saya menduga ada aktivitas magma chamber di bawahnya,"
kata Sofyan. Artinya, di bawah lumpur Lapindo, diduga ada potensi Gunung Api aktif.
Meski begitu, Sofyan Hadi berharap masyarakat tidak panik terlebih
dahulu terkait potensi Gunung Api aktif ini. "Pripsinya manusia memang
harus bersahabat dengan alam," kata dia.
Sofyan lantas mencontohkan bagaimana kearifan warga sekitar Merapi yang
menolak berpindah dari pemukiman mereka. "Paling Merapi itu menyulitkan
mereka satu atau dua bulan, tapi Merapi memberikan kesuburan
bertahun-tahun pada mereka," ujarnya.
Selain itu, Gunung Api di bawah Lapindo ini juga bisa jadi akan mati
dengan sendirinya. Sayang Sofyan belum bisa mengukur angka pasti
kekuatan daya dorong dari Gunung Api di bawah lumpur ini. "Kalau kita
ambil contoh seperti di Azerbaijan itu munculnya mud volcano mulai Nabi
Musa hingga kini masih ada," ujarnya.
Masih menurut Sofyan, pada dua tahun terakhir ini, gunung lumpur di
Porong ini bahkan mulai mengeluarkan material yang berasal dari
kedalaman sekitar tujuh kilometer atau kedalaman di mana terdapat magma
chamber.
Sofyan juga menduga jika sumber dapur magma antara lumpur di Porong dan
di Gunung Arjuno serta Welirang adalah dari dapur magma yang sama.
Selain teori ini, ada juga sebuah teori bernama Mud Diaphirism
atau teori gelembung. Teori ini mendasari adanya daya berat permukaan
tanah yang lantas menekan lapisan lumpur lentur di dalam tanah. Akibat
tekanan yang berbeda di setiap titik atas tanah, menjadikan lapisan
lumpur yang ada di dalam tanah menggelembung.
"Jadi Gempa Jogja itu bukan penyebab utama (terjadinya mud volcano di
Sodjaro), tapi penyebab terakhir karena adanya serangkaian kegiatan alam
yang terjadi sebelumnya," kata dia.
Sofyan juga mengatakan perhitungan yang pernah dia katakan jika lumpur
akan berhenti setelah 32 tahun hanyalah asumsi awal. "Hitungan itu ada
syaratnya ? Jika kekuatan semburan sekian, material di dalamnya ada
sekian. Dulu hanya asumsi saja karena hitungan pastinya memang belum
ada," ujarnya. (fik/ipg)
Keterangan gambar :
- Ilustrasi fenomena gunung lumpur di Porong.
Sumber : BP BPLS
Editor: Iping Supingah
29 Mei 2013
Ditemukan Gunung Api di Dasar Porong
12:24:00 AM
No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar