Pemerintah
Kanada melalui Kedutaan Besarnya di Indonesia, mendukung program daur
ulang sampah yang dilakukan oleh salah satu yayasan pembinaan anak-anak
jalanan di tanah air, Kampus Diakonia Modern (KDM). Bentuk dukungan yang
diberikan Kedubes Kanada yakni dengan menggelontorkan sejumlah dana
untuk peremajaan fasilitas truk pengangkut sampah yang dimiliki KDM.
Dana peremajaan truk
sampah ini, diambil dari dana program inisiatif Dana Lokal Kanada (CFLI)
yang diberikan Pemerintah Kanada kepada KDM senilai C$50 ribu atau
Rp500 juta. Hal itu diungkap oleh penangung jawab proyek bertajuk Green
Project KDM, Renie Elvina Tiurma, kepada VIVAnews.
Renie menyebut saat ini KDM memiliki dua truk sampah yang mengangkut berbagai hasil buangan non organik dari berbagai gedung perkantoran, rumah dan gedung kedutaan, termasuk Kedubes Kanada.
"Sehari kami bisa mengangkut sampah di lebih dari 80 rumah. Itu belum termasuk yang berasal dari gedung kedutaan dan perkantoran," kata wanita yang berprofesi sebagai dokter ini.
Sampah non organik itu kemudian diolah di ruang workshop milik KDM dengan bantuan anak-anak jalanan yang menjadi binaan mereka. Mereka menghasilkan banyak kreasi yang menganggumkan.
Tiga di antaranya yang VIVAnews saksikan yakni tutup botol yang dihancurkan kemudian diolah menjadi jam dinding dan botol kaca yang diubah menjadi hiasan lampu meja. Sisanya berupa bangku taman yang dibuat dari bath tub kamar mandi.
Hasil kreasi itu merupakan didikan dari dua desainer asal Belanda yang rutin berkunjung ke KDM tiap enam bulan sekali untuk mengajari anak-anak jalanan secara sukarela. Duta Besar Kanada untuk Indonesia, Donald Bobiash, yang turut meninjau berbagai kreasi anak jalanan di ruang workshop mengaku turut terkesima dengan kreativitas mereka.
Menurut Bobiash, dia menyambut baik kesuksesan yang berhasil dilakukan KDM dalam mendaur ulang sampah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis.
"Apa yang KDM lakukan tidak saja berhasil mengurangi jumlah tumpukan sampah tetapi juga dalam mendidik anak-anak jalanan untuk menjadi bagian dari proses daur ulang sampah dan menerapkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari," kata Bobiash. (eh)
Renie menyebut saat ini KDM memiliki dua truk sampah yang mengangkut berbagai hasil buangan non organik dari berbagai gedung perkantoran, rumah dan gedung kedutaan, termasuk Kedubes Kanada.
"Sehari kami bisa mengangkut sampah di lebih dari 80 rumah. Itu belum termasuk yang berasal dari gedung kedutaan dan perkantoran," kata wanita yang berprofesi sebagai dokter ini.
Sampah non organik itu kemudian diolah di ruang workshop milik KDM dengan bantuan anak-anak jalanan yang menjadi binaan mereka. Mereka menghasilkan banyak kreasi yang menganggumkan.
Tiga di antaranya yang VIVAnews saksikan yakni tutup botol yang dihancurkan kemudian diolah menjadi jam dinding dan botol kaca yang diubah menjadi hiasan lampu meja. Sisanya berupa bangku taman yang dibuat dari bath tub kamar mandi.
Hasil kreasi itu merupakan didikan dari dua desainer asal Belanda yang rutin berkunjung ke KDM tiap enam bulan sekali untuk mengajari anak-anak jalanan secara sukarela. Duta Besar Kanada untuk Indonesia, Donald Bobiash, yang turut meninjau berbagai kreasi anak jalanan di ruang workshop mengaku turut terkesima dengan kreativitas mereka.
Menurut Bobiash, dia menyambut baik kesuksesan yang berhasil dilakukan KDM dalam mendaur ulang sampah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis.
"Apa yang KDM lakukan tidak saja berhasil mengurangi jumlah tumpukan sampah tetapi juga dalam mendidik anak-anak jalanan untuk menjadi bagian dari proses daur ulang sampah dan menerapkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari," kata Bobiash. (eh)
0 comments:
Posting Komentar