Harga kedelai kian melambung. Di tangan perajin, harga komoditas itu
telah menyentuh Rp9.000-12.000 per kilogram. Lebih tinggi dibanding
harga normal Rp7.000-8.000 per kilogram.
Kenaikan harga
ditengarai karena pengaruh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar
AS. Komoditas kedelai yang mayoritas diimpor telah memengaruhi harga di
pasar.
Catatan Kementerian Pertanian menyebutkan, konsumsi
kedelai Indonesia pada 2012 mencapai 2,5 juta ton. Padahal, produksi
kedelai di dalam negeri rata-rata hanya 700-800 ribu ton per tahun.
Kurangnya
pasokan dari dalam negeri itu memaksa pemerintah mengimpor kedelai
70-80 persen dari kebutuhan, atau sekitar 1,9 juta ton.
Namun,
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suryamin, memperkirakan, produksi
kedelai akan meningkat tahun ini. Menurut angka ramalan, produksi bakal
mencapai 847,16 ribu ton biji kering kedelai untuk 2013.
Angka
ini, menurut Suryamin, naik 0,47 persen dibandingkan data produksi
kedelai 2012 sebanyak 843,15 ribu ton. "Ini diperoleh dari perhitungan
BPS bersama Kementerian Pertanian," kata Suryamin.
Meski produksi
naik, Direktur Budidaya Aneka Kacang dan Umbi-umbian Ditjen Tanaman
Pangan Kementerian Pertanian, Maman Suherman, pesimistis Indonesia bisa
kembali swasembada kedelai seperti 1992. Karena, regulasi impor yang
dikeluarkan pada 1998 menjadi faktor penghambat.
"Petani
akhirnya lebih tertarik tanam jagung dan padi. Saat panen raya, harga
kedelai bisa jatuh hingga Rp3.000-4.000 per kilogram. Padahal, harga
produksi Rp5.000 per kilogram," ujar Maman.
Nilai keekonomian
yang rendah itu, dia melanjutkan, ikut membuat petani kurang terangsang
menanam kedelai, karena dinilai tidak menguntungkan.
Namun,
Direktur PT FKS Multi Agro, Kusnarto, membantah, impor yang marak sejak
regulasi dibuka pada 1998 menjadi penyebab swasembada sulit terwujud.
Kusnarto
menjelaskan, produksi kedelai berkurang justru karena pemerintah kurang
banyak berperan. "Tanam kedelai kan sekarang sudah tidak ada sisi
keekonomiannya," kata importir kedelai itu.
Pada era pemerintahan
Presiden Soeharto, Kusnarto menambahkan, para petani diberikan insentif
yang berlimpah jika menanam kedelai. Nilai jualnya pun telah ditetapkan
1,5 kali dari harga yang ditetapkan.
Mogok produksi
Lonjakan
harga kedelai itu berimbas pada kelangkaan produk tempe dan tahu di
pasar. Perajin tempe dan tahu yang tergabung dalam Gabungan Koperasi
Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) akhirnya merealisasikan
ancamannya untuk mogok produksi pada Senin 9 September 2013 hingga tiga
hari ke depan.
Ketua Gakoptindo, Aip Syarifudin, mengatakan,
mogok produksi dilakukan lantaran harga kedelai sudah melambung tinggi.
Gakoptindo meminta agar pemerintah dapat lebih fokus dalam mengendalikan
harga kedelai.
Menurut Aip, lonjakan harga kedelai sebagai bahan baku telah membebani
ongkos
produksi yang dikeluarkan perajin tempe dan tahu. Sudah banyak pula
perajin yang merugi, bahkan sampai mengurangi jumlah karyawan.
"Sudah ribuan perajin yang mengurangi produksi, dan banyak pegawai yang diberhentikan," ujar Aip.
Menurut
Aip, pemerintah seharusnya dapat lebih menstabilkan harga kedelai.
Sepanjang sejarah, harga kedelai saat ini merupakan yang tertinggi.
Aip
menambahkan, ada sekitar 4,5-5 juta orang yang nasibnya bergantung pada
industri ini. Terdiri atas 11.500 perajin kecil dengan 1,5 juta pegawai
yang rata-rata mempekerjakan keluarganya. Karena itu, kenaikan harga
kedelai ini terasa sebagai hantaman keras pada kesejahteraan perajin.
Beberapa
perajin yang mogok produksi pada Senin kemarin itu di antaranya dari
Depok, Jawa Barat. Sejumlah pabrik tahu dan tempe memilih tak beroperasi
alias tutup selama tiga hari.
Akibatnya, makanan khas Indonesia ini pun langka di sejumlah pasar tradisional kota tersebut.
Agung,
salah satu perajin tahu di kawasan Kemirimuka, Beji, mengatakan, dia
telah melakukan aksi mogok kerja sejak dua hari lalu. Aksi ini
direncanakan berlanjut hingga tiga hari ke depan. Aksi ini menyusul
tingginya harga bahan baku pembuatan tahu dan tempe.
"Dari pimpinan diminta tak beroperasi, ya kami hanya bisa pasrah. Katanya tiga hari mogok. Ya, kalau begini, kami nggak bisa memasok tahu ke pasar," ujarnya kepada VIVAnews.
Saat
ini, harga kedelai melonjak hingga menembus Rp10.000-12.000 per
kilogram dari harga normal Rp7.700-8.000 per kilogram. Dalam sebulan,
perajin tahu dan tempe di Kota Depok membutuhkan 1.600 ton kedelai.
"Jadi, dapat dihitung, berapa lonjakan biaya yang harus dikeluarkan," tuturnya.
Hitungan
Gakoptindo, Depok, dengan kenaikan harga kedelai menjadi Rp9.000 per
kilogram, biaya produksi pun bertambah sekitar 40 persen. Kondisi itu,
sangat menyulitkan perajin tahu, jika harga kedelai tidak distabilkan.
Aksi
mogok juga dilakukan produsen tempe dan tahu di Cilegon. "Dari
pemantauan di lapangan, pedagang tempe dan tahu tidak berjualan," kata
Kepala UPTD Pasar Baru Kota Cilegon, Rojali.
Menurut Rojali,
berdasarkan data, harga kedelai di Cilegon mencapai Rp11.000 per
kilogram. Sebelumnya, harga bahan baku tempe dan tahu itu Rp9.500 per
kilogram.
Ratusan perajin tahu dan tempe dari sentra produksi di
Kartasura, Sukoharjo, Surakarta, bahkan menggelar aksi demo di Tugu
Pancasila, Bundaran Kartasura. Mereka juga mogok produksi selama tiga
hari hingga menunggu penurunan harga kedelai.
Aksi demo itu
dilakukan di jalur utama penghubung Solo-Yogya maupun Solo-Semarang.
Akibat aksi ini, arus lalu lintas terhambat. Perajin tahu dan tempe
membawa beragam poster yang bertuliskan tuntutan maupun kecaman terhadap
kenaikan harga kedelai.
Di luar kontrol pemerintah
Menteri
Perdagangan, Gita Wirjawan, pun angkat tangan soal keluhan perajin tahu
dan tempe yang meminta pemerintah mengontrol kenaikan harga kedelai
itu.
"Bukan karena kurangnya stok kedelai sebagai bahan baku
perajin tahu tempe," ujar Gita di Gedung DPR RI, Jakarta, kemarin. Dia
menjelaskan, kekhawatiran perajin semestinya bukan karena stok. Tetapi,
karena gejolak nilai tukar yang memengaruhi harga di pasar.
Karena
kebutuhan kedelai Indonesia saat ini didominasi impor, menurut Gita,
pelemahan rupiah yang terjadi berdampak terhadap harga. Dia pun
menyoroti tidak maksimalnya peningkatan produksi kedelai guna mencukupi
kebutuhan dalam negeri.
"Karena mayoritas dari luar negeri,
problemnya saya rasa produksi nasional. Kalau produksi nasional cukup,
tentu tidak perlu terganggu dengan nilai tukar," tegasnya.
Guna
meningkatkan produksi nasional, Kementerian Perdagangan, menurut dia,
telah menetapkan harga pembelian pemerintah (HPP) khusus kedelai. Upaya
tersebut guna merangsang para petani untuk menanam komoditas tersebut.
Dia
pun memastikan, persediaan kedelai cukup hingga akhir Oktober. Keran
impor juga dibuka lebar guna memastikan kebutuhan hingga akhir tahun
dapat terpenuhi.
Badan Urusan Logistik (Bulog), menurut dia, juga
dilibatkan guna stabilisasi harga. "Bulog sudah dapat izin impor
100.000 ton. Jadi, itu sesuai aspirasi mereka. Sebanyak 315.000 ton
cadangan di luar Bulog juga disiapkan," ungkapnya.
Sementara itu,
Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Syarifuddin
Hasan, juga telah melobi importir kedelai guna menurunkan harga impor
yang dijual saat ini. Menurut dia, importir sudah sepakat untuk
menurunkan harga kedelai impor menjadi Rp8.000 per kilogram.
Syarif menjelaskan, importir bersedia menurunkan harga tanpa ada embel-embel apa pun atau kompensasi dari pemerintah.
"Mereka
siap untuk melepas stok di harga segitu (Rp8.000). Jauh di bawah harga
pasaran Rp9.000-an per kilogram. Dan saya minta langsung disalurkan ke
perajin," ujarnya.
Namun, terkait permintaan Gakoptindo untuk
menekan harga kedelai hingga Rp7.000 per kilogram, menurut Syarif, hal
tersebut tidak bisa dilakukan.
"Depresiasinya juga sudah 15
persen dari pelemahan rupiah. Lalu, transportasinya kan juga naik, jadi
dengan harga ini sudah bagus," ujar Syarif.
Syarif memastikan
Gakopti telah menyepakati patokan harga Rp8.000 per kilogram itu.
"Mereka setuju dan menerima kesepakatan tersebut," tuturnya.
Dengan
kesepakatan itu, dia berharap, aksi mogok produsen tahu tempe segera
diakhiri, sehingga tidak ada yang dirugikan. "Karena semua rugi,
termasuk mereka. Ini kepentingan bersama," dia mengimbau. (np)
10 September 2013
Harga Kedelai Melonjak, Tahu Tempe Pun Langka
1:47:00 AM
No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar