16 Juli 2013

Strategi meriam batu ala ketapel Jenderal Salahuddin Al Ayoubi

 Strategi meriam batu ala ketapel Jenderal Salahuddin Al Ayoubi
Nama Salahuddin Al Ayoubi cukup terkenal dalam sejarah Islam. Dia merupakan seorang Sultan dari dinasti Ayoubiyah dan juga seorang jenderal yang sering memenangkan peperangan.

Salahuddin juga sangat terkenal karena keberhasilannya membebaskan Yerusalem dari kekuasaan bangsa Eropa yang sangat beringas. Upaya pembebasan itu sangat tidak mudah, mengingat penguasaan Yerusalem oleh bangsa Eropa sudah terjadi begitu lama.

Peperangan ternyata merupakan satu-satunya jalan yang bisa ditempuh kala itu untuk membebaskan Yerusalem. Berbagai macam strategi pun dibuat untuk dapat menyelamatkan Yerusalem.

Hal itu juga tidak luput dari perhatian Salahuddin. Menyadari yang dihadapi bukan tentara sembarangan, Salahuddin pun harus terus berpikir membuat berbagai strategi.

Namun, meskipun yakin kekuatan yang dia bawa jauh melebihi kekuatan lawan, Salahuddin tetap mengutamakan jalur diplomasi. Hal ini untuk menghindari terjadinya pertumpahan darah di kota suci Yerusalem.

Salahuddin mengepung Yerusalem pada tanggal 26 September 1187. Waktu itu, Yerusalem dikuasai oleh pasukan Kristen yang dipimpin Balian dari Obelin.

Balian merupakan seorang yang menonjol dalam penyusunan taktik dan strategi perang. Melihat hal ini, Salahuddin tidak mau bertindak sembarangan.

Salahuddin lalu mencoba menyerang Balian dan kekuatannya dengan mencoba meruntuhkan benteng Yerusalem. Dia menggunakan meriam batu yang dilontarkan dengan alat berprinsip ketapel. Selain itu, dia membangun menara yang berfungsi sebagai jembatan bagi pasukan untuk masuk ke benteng dari atas.

Serangan itu mendapat perlawanan dari Balian. Dia bersama pasukannya melakukan upaya penghadangan secara gigih. Peperangan pun berlangsung sengit.

Melihat kekuatan pasukan Muslim yang begitu besar, Balian kemudian berpikir untuk mengadakan perundingan. Dia tidak ingin penduduk Yerusalem menjadi korban dalam peperangan itu.

Akhirnya, Balian memutuskan untuk mengadakan genjatan senjata dan meminta Salahuddin tidak memasuki Yerusalem terlebih dulu sebelum seluruh penduduk dapat diungsikan. Salahuddin menerima kesepakatan itu dan menunda memasuki Yerusalem, menunggu hingga tanggal 2 Oktober 1187, bertepatan dengan tanggal 27 Rajab 583 Hijriah, tanggal Rasulullah melaksanakan Isra Miraj.

Yerusalem berhasil dikuasai Salahuddin. Para warga Kristen harus diungsikan meninggalkan Yerusalem. Di sini, Salahuddin menunjukkan kebesarannya, dengan memberikan jaminan keamanan dan pengawalan kepada warga Kristen selama dalam perjalanan meninggalkan Yerusalem.

0 comments:

Posting Komentar