30 Mei 2013

"Ojo dumeh"

"Ojo dumeh" dua kata bahasa Jawa ini sangat dalam maknanya
"Ojo dumeh" terjemahan yang agak pas adalah bahasa Betawi "Jangan mentang-mentang".

Jangan mentang mentang memiliki kekuasaan menganggap dirinya paling lanang...
Jangan mentang mentang memiliki banyak uang menganggap dirinya paling berwenang........
Kehidupan manusia itu selalu berubah. Berputar seperti roda pedati, kadang di atas, sekali waktu di bawah. Saat di atas "ojo dumeh" sehingga saat di bawah kita bisa "sumeleh".

Alkisah, adalah seorang yang sangat kaya, rumah bak istana.
Pesta pora diadakan setiap hari bersama relasi yang sejajar kekayaannya, tetangga miskin tidak dihiraukannya bahkan dipandang Sebelah mata, umpat najis sekali waktu terdengar keluar dinding mengolok tetangga yang miskin dan papa.

Tetangga miskin yang bertempat tinggal di belakang rumahnya, setiap hari mengumpulkan beras beras dan nasi nasi buangan yang mengalir di comberan, dikeringkan serta dimasak kembali untuk makan keluarganya, demikian dilakukan setiap hari, bahkan pengumpulan nasi dan beras setiap hari itu selalu berlebih untuk makan keluarga dan disimpan sisanya di gudang.

Waktu berlalu roda pedati berputar perlahan, krisis ekonomi tidak terelak minimpa juga orang kaya tersebut, tidak ada lagi pesta, usahanya merosot, uang mulai habis, rumah habis, orang yang begitu kaya menjadi miskin, sehingga suatu hari untuk makan keluargapun beras tidak terbeli.

Merasa iba tetangga yang di belakang rumahnya memberikan sekarung beras untuk menyambung hidup keluarga kaya ini. Dengan tangis haru si orang kaya berjongkok sambil menyembah mengucapkan terima kasih, tetapi orang miskin itu membalas kata dengan halus dan nasehat,"Jangan berterimakasih padaku, semua pemberianku itu sebenarnya juga milikmu, makanya saat kaya ojo dumeh, jangan juga lupa weweh, agar hidupmu menjadi saleh". Roda pedati terus berputar. Sekali di atas, sekali di bawah.

0 comments:

Posting Komentar