NA, usianya baru lima belas tahun dan masih duduk di bangku SMP. Masa depannya
pun masih panjang untuk meraih cita-cita. Namun sayang, yang
bersangkutan harus berurusan dengan pihak yang berwajib karena menjadi
mucikari.
Tak tanggung-tanggung, siswi SMP swasta di Surabaya ini
telah menjual beberapa anak baru gede (ABG) yang juga teman-temannya
sendiri kepada pria hidup belang. Kini NA pun harus menjalani proses
hukum.
Kasus tersebut tentu mengagetkan siapa saja. Namun bukan
itu saja fakta mengejutkan kasus yang kini ditangani Satreskrim
Polrestabes Surabaya itu. Berikut lima fakta kasus NA yang menjadi mucikari alias germo tersebut:
1. NA tega jual kakaknya ke pria hidung belang
NA (15), siswi SMP swasta di Surabaya, Jawa Timur, harus berurusan
dengan polisi karena tertangkap tangan menjual tiga ABG ke pria hidung
belang di Hotel Fortuna Jalan Darmokali, Surabaya, Minggu (9/6).
Ironisnya lagi, satu dari ABG yang menjadi korban adalah kakak kandung
tersangka sendiri.
Dia adalah NR, yang kini duduk di bangku SMA. "Salah satu korban adalah kakak kandung tersangka sendiri," ungkap Kapolrestabes Surabaya, Kombes Pol Setija di kantornya.
Setija mengatakan, tersangka sudah cukup berpengalaman menjalankan bisnis mucikari yang digelutinya sejak enam bulan silam.
"Dilihat dari modusnya, tersangka ini sudah sangat berpengalaman, bahkan kakak kandungnya sendiri bisa dia rayu agar mau melayani pria hidung belang," ujarnya.
Dia adalah NR, yang kini duduk di bangku SMA. "Salah satu korban adalah kakak kandung tersangka sendiri," ungkap Kapolrestabes Surabaya, Kombes Pol Setija di kantornya.
Setija mengatakan, tersangka sudah cukup berpengalaman menjalankan bisnis mucikari yang digelutinya sejak enam bulan silam.
"Dilihat dari modusnya, tersangka ini sudah sangat berpengalaman, bahkan kakak kandungnya sendiri bisa dia rayu agar mau melayani pria hidung belang," ujarnya.
2. Sebelum jadi Mucikari, NA dijual ke om-om
Di hadapan polisi, NA mengaku sudah enam bulan menjalani profesinya
itu. Setidaknya ada tujuh ABG, yang sudah dijualnya ke pria hidung
belang. "Saya sudah enam bulan menjual teman-temannya saya. Saya kenal
om-om juga dari teman-teman saya," aku NA kepada penyidik di Polrestabes
Surabaya, Minggu (9/6).
Dia juga mengaku, terjun di dunia hitam itu, karena pernah dijual seseorang ke pria hidung belang. Selanjutnya, dia menjalani profesi barunya itu secara mandiri, sambil terus tetap bersekolah.
"Dia (tersangka) pernah dijual orang lain. Sehingga dia paham seluk beluk profesinya itu. Tidak menutup kemungkinan ada jaringan lain, kami masih mengembangkan kasusnya. Tapi untuk sementara kami yakinkan dia bekerja secara mandiri," terang Kasubnit Jatanum Satreskrim Polrestabes Surabaya, Iptu Teguh Setiawan.
Setiawan juga mengatakan, kalau pihaknya juga tengah memburu seseorang yang diakui tersangka pernah menjualnya ke pria hidung belang. "Kami juga tengah mencari seseorang yang disebut-sebut tersangka pernah menjualnya. Tapi kami masih melakukan penyelidikan dan pendalaman terlebih dahulu," tandas dia.
Dia juga mengaku, terjun di dunia hitam itu, karena pernah dijual seseorang ke pria hidung belang. Selanjutnya, dia menjalani profesi barunya itu secara mandiri, sambil terus tetap bersekolah.
"Dia (tersangka) pernah dijual orang lain. Sehingga dia paham seluk beluk profesinya itu. Tidak menutup kemungkinan ada jaringan lain, kami masih mengembangkan kasusnya. Tapi untuk sementara kami yakinkan dia bekerja secara mandiri," terang Kasubnit Jatanum Satreskrim Polrestabes Surabaya, Iptu Teguh Setiawan.
Setiawan juga mengatakan, kalau pihaknya juga tengah memburu seseorang yang diakui tersangka pernah menjualnya ke pria hidung belang. "Kami juga tengah mencari seseorang yang disebut-sebut tersangka pernah menjualnya. Tapi kami masih melakukan penyelidikan dan pendalaman terlebih dahulu," tandas dia.
3. Mucikari SMP ini sudah jual 7 ABG
Selama enam bulan menjalani profesinya itu, NA (15), warga Surabaya
itu sudah menjual tujuh anak baru gede (ABG) ke pria hidung belang.
Namun aksi bejat NA itu segera tercium polisi. NA tidak bisa lagi
meneruskan bisnis prostitusi itu karena tertangkap tangan saat menjual
tiga ABG di Hotel Fortuna Jalan Darmokali Surabaya, pada Sabtu malam
(8/6).
Siswi yang akan mengikuti ujian semester akhir ini, terpaksa harus digelandang ke Mapolrestabes Surabaya untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, bersama tiga ABG yang menjadi anak buahnya, yaitu DA, BL dan NR.
"Kami juga sempat menangkap pria yang menjadi pelanggannya. Namun, karena belum terbukti melakukan, kami hanya sebatas memintai kesaksiannya saja," kata penyidik di Mapolrestabes Surabaya, Minggu (9/6).
Siswi yang akan mengikuti ujian semester akhir ini, terpaksa harus digelandang ke Mapolrestabes Surabaya untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, bersama tiga ABG yang menjadi anak buahnya, yaitu DA, BL dan NR.
"Kami juga sempat menangkap pria yang menjadi pelanggannya. Namun, karena belum terbukti melakukan, kami hanya sebatas memintai kesaksiannya saja," kata penyidik di Mapolrestabes Surabaya, Minggu (9/6).
4. Para ABG dijual dengan memamerkan foto-fotonya
Sementara itu, Kasubbag Humas Polrestabes Surabaya, Kompol Suparti
menjelaskan, modus yang dilakukan pelaku cukup sederhana. NA menawarkan
kepada lelaki hidung belang dan mengajak bertemu untuk memberikan harga
sambil memberikan foto-foto calon korbannya.
"Setelah ada kesepakatan harga, baru pertemuan dilangsungkan di hotel yang disepakati," kata Kasubbag Humas Polrestabes Surabaya, Kompol Suparti.
Suparti juga mengatakan, untuk sekali booking, tarif yang dibrandol untuk tiap ABG, rata-rata antara Rp 500 ribu hingga Rp 750 ribu. Bahkan ada juga yang seharga Rp 1 juta. "Dari harga itu, korban mendapatkan bagian Rp 500 ribu, sedang pelaku mendapat sisanya," tandas Suparti.
"Dia sudah sangat profesional dalam menjalankan bisnisnya. Sistem kerjanya, meski dilakukan secara mandiri dan tidak dipasarkan melalui internet, dia tak kalah dengan Keyko, yang menjalankan bisnis prostitusinya via jejaring sosial," beber Kasubnit Jatanum Satreskrim Polrestabes Surabaya, Iptu Teguh Setiawan.
NA cukup mengenal banyak pelanggannya melalui tempat hiburan malam, di plaza-plaza yang ada di Surabaya. "Saya biasanya nongkrong di TP (Tungjungan Plaza). Saya kenal om-om dari teman-teman saya," kata NA di hadapan penyidik Polrestabes Surabaya, Minggu (9/6).
NA pun tak perlu bersusah-susah mencari pelanggan maupun anak buah yang akan dijadikan obyek transaksi dengan para lelaki hidung belang.
"Untuk pelanggannya, kebanyakan datang sendiri kepada korban. Dia mengaku kenal pelanggan melalui mulut ke mulut, khususnya dari teman-temannya," ujar Teguh Setiawan.
"Setelah ada kesepakatan harga, baru pertemuan dilangsungkan di hotel yang disepakati," kata Kasubbag Humas Polrestabes Surabaya, Kompol Suparti.
Suparti juga mengatakan, untuk sekali booking, tarif yang dibrandol untuk tiap ABG, rata-rata antara Rp 500 ribu hingga Rp 750 ribu. Bahkan ada juga yang seharga Rp 1 juta. "Dari harga itu, korban mendapatkan bagian Rp 500 ribu, sedang pelaku mendapat sisanya," tandas Suparti.
5. Meski masih SMP, NA selihai Keyko
Meski baru enam bulan menjalankan bisnis human trafficking, NA, sisi SMP ini sudah lihai menjadi mucikari. Bahkan sudah sukses menjual tujuh orang ABG, yang salah satunya adalah kakak kandungnya sendiri, yaitu NR, siswi SMK swasta di Surabaya."Dia sudah sangat profesional dalam menjalankan bisnisnya. Sistem kerjanya, meski dilakukan secara mandiri dan tidak dipasarkan melalui internet, dia tak kalah dengan Keyko, yang menjalankan bisnis prostitusinya via jejaring sosial," beber Kasubnit Jatanum Satreskrim Polrestabes Surabaya, Iptu Teguh Setiawan.
NA cukup mengenal banyak pelanggannya melalui tempat hiburan malam, di plaza-plaza yang ada di Surabaya. "Saya biasanya nongkrong di TP (Tungjungan Plaza). Saya kenal om-om dari teman-teman saya," kata NA di hadapan penyidik Polrestabes Surabaya, Minggu (9/6).
NA pun tak perlu bersusah-susah mencari pelanggan maupun anak buah yang akan dijadikan obyek transaksi dengan para lelaki hidung belang.
"Untuk pelanggannya, kebanyakan datang sendiri kepada korban. Dia mengaku kenal pelanggan melalui mulut ke mulut, khususnya dari teman-temannya," ujar Teguh Setiawan.
0 comments:
Posting Komentar