Semasa kuliah aku dan teman-temanku sering makan malam di depan
Museum Perjuangan Yogyakarta. Orang setempat biasanya menyebutnya
Musper. Berbagai warung makan menyajikan berbagai menu, seperti pecel
lele, nasi goreng, bakmi, nasi rames dan sebagainya. Diantara warung
tersebut yang paling ramai pembelinya adalah warung bakmi Ngadino.
Pembelinya terkadang harus mengantri berjam-jam agar bisa mendapatkan
makanan yang dipesannya.
Selepas maghrib biasanya semua warung
mulai menggelar dagangannya. Semua warung tidak ada yang permanen,
semuanya memakai tenda. Sering sekali aku dan temen-temenku nongkrong di
salah satu warung sampai jam 2 pagi. Tempatnya nyaman jadi asyik buat
ngobrol berlama-lama.
Pada suatu hari sekitar jam 9 pagi ada
teman kami yang kecelakaan. Motor yang dikendarainya tertabrak mobil dan
meninggal seketika. Aku dan teman lainnya ikut mengantar ke
pemakamannya. Kebetulan dia orang Jogja dan rumahnya tidak jauh dari
kosku.
Temanku yang meninggal namanya Anang. Dia juga sering
nongkrong bersamaku di warung favorit di depan Museum Perjuangan.
Kebetulan makanan favoritnya adalah bakmi goreng Ngadino. Karena sudah
langganan lama, pak Ngadino juga mengenal kami dengan baik. Sehingga
kadang bisa motong antrian pembeli dan makanannya dikasih porsi lebih
banyak.
Pada suatu malam datang seorang pria umur 20-an ke
warung bakmi Ngadino. Dia memesan bakmi goreng. Pa Ngadino dengan cepat
menyajikan pesanannya, karena dia telah mengenalnya apalagi dia orang
setempat jadi harus didahuluin.
Pada malam yang sama aku dan Ipung makan di warung nasi bu Sosro,
masih satu area dengan warung bakmi Ngadino. Sembari minum teh manis bu
Sosro, kami memesan bakmi goreng dua porsi. Selesai menyantap bakmi
goreng, pa Ngadino menyambangi tempat duduk kami dan ngobrol bareng.
Pa Ngadino sambil menghisap rokok kretek favoritnya berkata “tumben mas
Anang ga nongkrong di sini?”. Lalu aku menjawabnya “ Bapak belum denger
kabar?”. “Kabar apa ya mas?” kata pak Ngadino merespon ucapanku. Aku
pun menjelaskan apa yang dialami Anung tadi pagi. Seketika pak Ngadino
menghentikan hisapan rokoknya karena asapnya membuatkan batuk-batuk. Dia
terlihat kaget dengan ceritaku.
Lalu pa Ngadino memastikan
lagi ucapanku, “ bener mas?”. Aku pun menjawab dengan tegas “bener pak,
masa saya bohong!”. “Kalau mas Anang sudah meninggal, terus yang tadi
beli bakmi goreng siapa ya mas!”. Kami semua tersentak kaget mendengar
pengakuan pak Ngadino. Temenku Ipung dengan penuh penasaran dan spontan
mengatakan “Maksud bapak?”. Pak Ngadino mukaya terlihat merah dan
mengatakan “Barusan mas Anang beli bakmi goreng di warung saya mas?”.
Aku merasakan bulu kuduk merinding mendengar penampakan Anang. Dalam
hatiku berbicara“Anang yang dipastikan sudah meninggal dan kulihat
sendiri telah dikuburin bisa beli bakmi”.
Dan anehnya ketika
pak Ngadino bertanya kepada asisten yang membantunya jualan, dia tidak
melihat mas Anang datang ke warungnya. Pa Ngadino lalu membuka laci
tempat menyipan uang di gerobaknya dan menemukan selembar daun. Padahal
dia yakin tidak pernah menaruh daun di lacinya.
Dia sangat
kaget dan masih tidak percaya dengan kejadian yang dialaminya. Seketika
cerita itu menyebar menjadi hot news. Kata orang tua sih, kejadian
seperti itu biasa terjadi. Arwah yang belum genap 40 hari meninggal
kerap mendatangi orang-orang yang masih hidup.
12 Juni 2013
Arwah Beli Bakmi Goreng
3:29:00 AM
No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar