12 Juni 2013

Arwah Beli Bakmi Goreng


Arwah Beli Bakmi Goreng
Semasa kuliah aku dan teman-temanku sering makan malam di depan Museum Perjuangan Yogyakarta. Orang setempat biasanya menyebutnya Musper. Berbagai warung makan menyajikan berbagai menu, seperti pecel lele, nasi goreng, bakmi, nasi rames dan sebagainya. Diantara warung tersebut yang paling ramai pembelinya adalah warung bakmi Ngadino. Pembelinya terkadang harus mengantri berjam-jam agar bisa mendapatkan makanan yang dipesannya.

Selepas maghrib biasanya semua warung mulai menggelar dagangannya. Semua warung tidak ada yang permanen, semuanya memakai tenda. Sering sekali aku dan temen-temenku nongkrong di salah satu warung sampai jam 2 pagi. Tempatnya nyaman jadi asyik buat ngobrol berlama-lama.

Pada suatu hari sekitar jam 9 pagi ada teman kami yang kecelakaan. Motor yang dikendarainya tertabrak mobil dan meninggal seketika. Aku dan teman lainnya ikut mengantar ke pemakamannya. Kebetulan dia orang Jogja dan rumahnya tidak jauh dari kosku.

Temanku yang meninggal namanya Anang. Dia juga sering nongkrong bersamaku di warung favorit di depan Museum Perjuangan. Kebetulan makanan favoritnya adalah bakmi goreng Ngadino. Karena sudah langganan lama, pak Ngadino juga mengenal kami dengan baik. Sehingga kadang bisa motong antrian pembeli dan makanannya dikasih porsi lebih banyak.

Pada suatu malam datang seorang pria umur 20-an ke warung bakmi Ngadino. Dia memesan bakmi goreng. Pa Ngadino dengan cepat menyajikan pesanannya, karena dia telah mengenalnya apalagi dia orang setempat jadi harus didahuluin.
Pada malam yang sama aku dan Ipung makan di warung nasi bu Sosro, masih satu area dengan warung bakmi Ngadino. Sembari minum teh manis bu Sosro, kami memesan bakmi goreng dua porsi. Selesai menyantap bakmi goreng, pa Ngadino menyambangi tempat duduk kami dan ngobrol bareng.

Pa Ngadino sambil menghisap rokok kretek favoritnya berkata “tumben mas Anang ga nongkrong di sini?”. Lalu aku menjawabnya “ Bapak belum denger kabar?”. “Kabar apa ya mas?” kata pak Ngadino merespon ucapanku. Aku pun menjelaskan apa yang dialami Anung tadi pagi. Seketika pak Ngadino menghentikan hisapan rokoknya karena asapnya membuatkan batuk-batuk. Dia terlihat kaget dengan ceritaku.

Lalu pa Ngadino memastikan lagi ucapanku, “ bener mas?”. Aku pun menjawab dengan tegas “bener pak, masa saya bohong!”. “Kalau mas Anang sudah meninggal, terus yang tadi beli bakmi goreng siapa ya mas!”. Kami semua tersentak kaget mendengar pengakuan pak Ngadino. Temenku Ipung dengan penuh penasaran dan spontan mengatakan “Maksud bapak?”. Pak Ngadino mukaya terlihat merah dan mengatakan “Barusan mas Anang beli bakmi goreng di warung saya mas?”. Aku merasakan bulu kuduk merinding mendengar penampakan Anang. Dalam hatiku berbicara“Anang yang dipastikan sudah meninggal dan kulihat sendiri telah dikuburin bisa beli bakmi”.

Dan anehnya ketika pak Ngadino bertanya kepada asisten yang membantunya jualan, dia tidak melihat mas Anang datang ke warungnya. Pa Ngadino lalu membuka laci tempat menyipan uang di gerobaknya dan menemukan selembar daun. Padahal dia yakin tidak pernah menaruh daun di lacinya.

Dia sangat kaget dan masih tidak percaya dengan kejadian yang dialaminya. Seketika cerita itu menyebar menjadi hot news. Kata orang tua sih, kejadian seperti itu biasa terjadi. Arwah yang belum genap 40 hari meninggal kerap mendatangi orang-orang yang masih hidup.

0 comments:

Posting Komentar