Jakarta - Ahli forensik RSCM, Abdul Mun'im Idries ikut
membantu autopsi jenazah pejuang HAM, Munir Said Thalib. Mun'im yang
juga ditugaskan untuk membantu membongkar kasus itu pun membeberkan
sejumlah fakta menarik.
Kisah itu ditulis Mun'im melalui bukunya
'Indonesia X-Files, Mengungkap Fakta dari Kematian Bung Karno Sampai
Kematian Munir' yang dilaunching di Perpustakaan UI, Depok, Jawa Barat,
Kamis (27/6/2013).
Mun'im saat itu sempat terkejut mengetahui
Munir tewas akibat diracun arsenik. Cara pelaku membunuh dengan arsenik
dianggap sangat pintar.
"Kasus keracunan semacam itu terjadi tidak sampai 10 persen," tulis Mun'im di halaman 85.
Mun'im
sempat menolak ajakan polisi ke Belanda untuk memastikan kematian
Munir. Hasil autopsi di Belanda sudah cukup dijadikan bukti penyebab
kematian Munir.
"Yang belum diketahui sampai saat ini ialah cara kematiannya (manner of death)," kenang Mun'im.
Di
sinilah banyak ditemukan fakta mengejutkan. Tim polisi sempat
berkesimpulan arsenik dituangkan dalam jus. Namun kesimpulan itu ditolak
Mun'im karena arsenik bakal mengendap di air dingin. Ia juga memastikan
kerja arsenik hanya itu bisa dirasa hanya dalam 30 menit.
Mun'im
juga menduga TPF bentukan Presiden SBY tidak serius menangani kasus
ini. Rapat pertama tim ini malah dipimpin oleh Wakil Direktur Tipikor.
"Ini kan tidak nyambung dengan kasus pembunuhan," sambungnya.
Mun'im
dan polisi kemudian mengadakan sejumlah pertemuan di Hotel Nikko untuk
membahas TKP. Pencari lokasi kejadian ini merujuk analisa 30 menit
miliknya.
Radar saat itu mengarah ke Cafe Bean yang ada di
Bandara Changi. Sejumlah pelajar juga melihat Pollycarpus bersama Munir
di situ.
Dalam perjalanan penyelidikan itu, Mun'im mengaku pernah
dipanggil Kabareskrim Komjen Bambang Hendarso Danuri. Percakapan dengan
Bambang itu dituangkan secara detail.
"Dokter, ini untuk merah putih," kata Bambang saat itu.
"Loh kenapa Pak?" tanya Mun'im.
"Kalau
kita tidak bisa memasukan seseorang ke dalam tahanan sebagai pelaku,
dana dari luar negeri tidak cair. Karena dia tokoh HAM. Kemudian
obligasi kita tidak laku Dok," papar Bambang.
Mun'im yakin,
gejala maag yang dirasakan Munir di dalam pesawat adalah awal racun
bekerja. Proses bekerjanya racun hingga akhirnya Munir ditemukan tewas
di atas langit Rumania match dengan TKP di Cafe Bean.
Mun'im juga
membagi TKP dalam tiga bagian: perencanaan, eksekusi dan saat wafat.
Kejanggalan utama adalah penunjukan Pollycarpus yang ditugas Dirut
Garuda saat itu, Indra Setiawan untuk mencari tahu penyebab insiden
Boeing 747 Singapura-Amsterdam beberapa waktu sebelum Munir tewas.
Aneh
karena seorang pilot Airbus 330 ditugasi untuk mengecek kenapa roda
pendaratan pesawat saat itu macet. Jika urusan roda yang ingin
diselidiki, kenapa bukan mekanik yang dikirim.
"Yang benar-benar
aneh, Pollycarpus tiba malam hari dan hanya berada 4 atau 5 jam di
Singapura, untuk kemudian kembali dengan pesawat paling pagi ke Jakarta.
Mungkinkah pengecekan dilakukan tengah malah saat otoritas Bandara
Changi lelap tidur?" papar Mun'im.
Hal lain, CCTV Bandara
Soekarno-Hatta saat itu hanya dua saja yang aktif. Pesawat yang
ditumpangi Munir ke Changi juga terus mengalami delay. Belakangan
diketahui delay itu karena sedang menunggu pesawat Garuda dari
Singapura.
"Pesawat tersebut berisi Pollycarpus," tegas Mun'im.
Pollycarpus memang sudah dipenjara. Namun Mun'im sendiri menuliskan masih banyak misteri dalam kasus ini.
"Urusan apa Pollycarpus menghabisi Munir? Kalau memang dia 'ditugaskan', oleh siapa?" tulis Mun'im penuh pertanyaan.
27 Juni 2013
Cerita Mengejutkan Mun'im Idries yang Bantu Penyelidikan Kasus Munir
7:46:00 PM
No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar