14 Juli 2013

Ini Kata Pedagang Soal Mahalnya Harga Daging Sapi

http://images.detik.com/content/2013/07/15/4/dagingdikhy.jpg
Jakarta - Harga daging sapi yang melambung tak hanya membuat sulit konsumen, tapi juga para pedagang. Para pedagang membeberkan alasan harga daging sapi yang tidak normal akhir-akhir ini.

Ketua Asosiasi Pedagang Daging Sapi Indonesia (Apdasi) Jawa Barat, Dadang Iskandar mensinyalir penyebab naiknya harga daging sapi adalah adanya permainan harga dari pengusaha yang menguasai daging impor maupun lokal, bukan hanya kurangnya pasokan di dalam negeri.

"Mahalnya daging di pasaran bukan semata-mata karena kurangnya pasokan tetapi juga diakibatkan oleh ulah segelintir pengusaha besar yang memainkan praktik oligopoli di RPH. Hal itu dilakukan karena mereka selain menguasai sapi impor juga menguasai sapi lokal dalam jumlah yang besar, sehingga mereka dengan mudah menentukan harga. Maka, berapapun harga sapi potong di RPH pedagang akan membelinya," kata Dadang dalam informasinya kepada detikFinance, Senin (15/7/2013).

Dadang merinci, harga bobot sapi hidup yang dijual importir sekitar Rp 37 ribu/kg. Menurut Dadang, harga sapi hidup dari Australia setelah sampai di Indonesia hanya mencapai Rp 30 ribu/kg. Dengan selisih harga Rp 7 ribu/kg tersebut, importir mengambil keuntungan yang sangat besar.

"Seharusnya harga sapi hidup yang dijual, sewajarnya tidak lebih dari Rp 32 ribu/kg walaupun menjelang Hari Raya Iedul Fitri. Karena dengan harga Rp 32 ribu/kg pun mereka sudah untung besar," katanya.

Dadang memaparkan, harga Rp 37 ribu/kg tersebut belum termasuk biaya-biaya operasional lain, seperti biaya pemotongan, distribusi, kuli angkut, pegawai, dan retribusi pasar.

"Jadi, bagaimana mungkin harga daging akan turun menjadi Rp 80 ribu karena menurut perhitungan kami harga pokok pembeliannya pun sudah mencapai sekitar Rp 90 ribu. Itu pun belum termasuk profit untuk para pedagang," katanya.

Lebih lanjut, Dadang mendukung langkah pemerintah dalam menugaskan Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk melakukan intervensi pasar, meski pihaknya menyayangkan langkah ini diambil sedikit terlambat dari yang seharusnya.

"Apabila tanggal 25 Juli daging yang diimpor oleh Bulog baru datang ke Indonesia maka importasi tersebut hasilnya tidak akan signifikan dalam menurunkan harga daging," katanya.

0 comments:

Posting Komentar