Letnan Kolonel Sabur mengetuk pintu kamar hotel Presiden Sukarno di
Kairo, Mesir. Belum juga pintu terbuka setengah, ajudan presiden itu
langsung kena semprot.
“Hei, Bur, ada apa malam-malam begini!” hardik Bung Karno. “Aku kan sudah bilang aku mau istirahat!”
Sukarno
memang malam itu baru tiba di Kairo. Karena tak ada acara, ia memilih
langsung tidur agar esok tampil segar saat bertemu dengan Presiden Mesir
Gamal Abdul Nasser.
Tergagap, Sabur menyampaikan bahwa Nasser
mengirim utusan. Kemarahan Sukarno mereda dan dia meminta Marsekal Abdul
Hakim Amir itu masuk ke kamarnya.
Mengenakan kaus oblong dan
celana piyama, Sukarno menerima Marsekal Amir. “Presiden Nasser mengutus
saya menjemput Paduka Yang Mulia untuk inspeksi,” kata Amir.
Sukarno
langsung memotong Amir dan minta agar disampaikan kepada Nasser bahwa
ia terlalu lelah buat inspeksi pasukan ataupun persenjataan Mesir di
larut malam. Tapi Amir terus meminta Sukarno ikut dengannya.
“Begini,
presiden kami mengundang sahabat beliau, Presiden Indonesia, untuk
menginspeksi penari-penari perut di Kairo ini." Mendengar itu, Sukarno
mendadak sontak bersemangat.
“Kenapa tidak bilang dari tadi!”
kata Sukarno. “Sampaikan kepada saudaraku, Nasser, Sukarno dari
Indonesia akan siap dalam sepuluh menit!”
Inspeksi penari perut
yang diceritakan ulang oleh Guntur Soekarno ini hanya salah satu agenda
tak resmi Bung Karno bersama pemimpin negara sahabat. Dalam buku Bung Karno, Bapakku, Kawanku, dan Guruku,
Guntur bercerita Sukarno di sela-sela pertemuan Gerakan Nonblok pernah
diajak menonton kabaret oleh Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito.
“Wah,
Bapak senangnya bukan main diajak Pak Tito nonton kabaret yang pamer
paha,” tulis Guntur. “Waktu Pak Tito ke Indonesia dibalas dengan
mengajak nonton tari Bali yang megal-megol mengasyikkan.”
Peneliti
sejarah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Asvi Warman Adam, melihat
undangan menonton tari perut dan kabaret itu menunjukkan Sukarno memang
akrab betul dengan pemimpin negara lain. “Sukarno bisa akrab karena dia
sendiri memang supel,” kata Asvi.
Namun keakraban itu bukan
sekadar hura-hura karena, Asvi melihat, Sukarno memanfaatkan itu buat
mengegolkan kepentingan Indonesia dan negara dunia ketiga lainnya.
Kedekatan itu, kata Asvi, membantu memuluskan misi diplomatiknya
mendirikan Gerakan Nonblok demi menandingi Blok Amerika Serikat dan Blok
Uni Soviet.
Tak cuma dengan kawan, Sukarno juga bisa berkarib
dengan lawan. Asvi mencontohkan Sukarno, yang meski kerap diganjal
Amerika Serikat, bisa melenggang dan berbincang hangat dengan Presiden
John F. Kennedy.
Meski banyak mengkritik Amerika, kata Asvi,
Sukarno datang ke sana karena perlu dukungan Amerika buat menekan
Belanda keluar dari Papua. “Dia berprinsip hubungan antarnegara kan
tidak melulu bertengkar meskipun Indonesia sering mengkritik Amerika,”
kata Asvi.
Kisah Sukarno selengkapnya bisa dinikmati di Harian detik.
13 Juni 2013
Mengenang Bung Karno : Inspeksi Tari Perut di Mesir
4:07:00 AM
No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar